Mencari dan menulis kembali materi Rancangan
Penelitian Sosial
A.
FILOSOFI PENELITIAN SOSIAL
Penelitian
sosial merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis, sistematis, dan metodis gejala sosial
yang terjadi di sekitar kita untuk direkonstruksi
guna mengungkapkan kebenaran bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kebenaran dimaksud
adalah keteraturan yang menciptakan keamanan, ketertiban, keseimbangan, dan kesejahteraan masyarakat.
Filosofi
penelitian sosial mendasari kegiatan ilmiah yang berupaya mencari kebenaran
hakiki dari setiap gejala sosial yang ada. Sebagaimana dikemukakan oleh Theo
Huijbers, filosofi adalah kegiatan
intelektual yang metodis dan sistematis, secara refleksi menangkap makna
yang hakiki dari keseluruhan yang ada. Objek filosofi bersifat universal
mencakup segala yang dialami manusia. Berpikir filosofi adalah mencari
arti yang sebenarnya dari segala hal
yang ada melalui pandangan cakrawala
paling luas. Metode pemikiran filosofi adalah refleksi atas pengalaman
dan pengertian tentang suatu hal dalam cakrawala yang universal. Pengolahan
pikirannya secara metodis dan sistematis.Tujuannya adalah kebenaran yang
menyejahterakan masyarakat. Berasarkan
pandangan tersebut, maka dapat
dirinci unsur-unsur penting filosofi yang mendasari penelitian sosial sebagai
kegiatan ilmiah, yaitu:
1. kegiatan intelektual
(pemikiran);
2. mencari makna yang
hakiki (interpretasi);
3. segala fakta dan
gejala (objek);
4. dengan cara
refleksi, metodis, sistematis (metode);
5. untuk kebahagiaan
masyarakat (tujuan). .
B. DASAR PENELITIAN SOSIAL
1. Keingintahuan
Faktor
pendorong Keingintahuan itu muncul karena ketidakpuasan terhadap gejala sosial
yang ada. Untuk memperoleh jawaban dari keingintahuan tersebut, orang perlu
melakukan kegiatan yang menggunakan metode yang diakui secara keilmuan.
Kegiatan yang dimaksud disebut
penelitian sosial.
Penelitian
adalah terjemahan dari istilah bahasa
Inggris research yang terdiri dari re artinya ulang dan search artinya mencari. Jadi, research atau penelitian itu adalah kegiatan
mencari ulang, mengungkapkan kembali gejala, kenyataan yang sudah ada untuk
direkonstruksi dan diberi arti guna memperoleh kebenaran yang dimasalahkan.
2. Proses Berpikir Logis
Dalam
kegiatan penelitian sosial dikenal dua proses berpikir, yaitu proses berpikir
logis dan proses berpikir kausalitas. Proses berpikir logis dibedakan lagi menjadi
proses berpikir induktif dan proses berpikir deduktif. Kedua proses berpikir
tersebut dijelaskan dengan contoh-contoh dalam uraian berikut.
a.
Proses berpikir induktif
Proses
berpikir Induktif adalah suatu proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari kasus yang bersifat khusus (individual). Proses
berpikir induktif dimulai dari
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas, yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat
umum. Pengetahuan yang dihasilkan dari proses berpikir induktif merupakan
esensi dari fakta-fakta yang dikumpulkan.
b. Proses berpikir deduktif
Proses
berpikir deduktif adalah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan
yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Proses berpikir
deduktif biasanya menggunakan pola
berpikir yang disusun dari dua buah pernyataan serta sebuah kesimpulan
(silogismus). Pernyataan yang mendukung
silogismus disebut premis yang dibedakan sebagai premis mayor dan premis
minor. Berdasarkan kedua premis tersebut ditarik kesimpulan.
Ketepatan
menarik kesimpulan dalam proses berpikir deduktif tergantung dari tiga hal,
yaitu:
(1)
kebenaran premis mayor;
(2)
kebenaran premis minor;
(3)
kebenaran penarikan kesimpulan.
c. Proses Berpikir Kausalitas
Pada
dasarnya setiap proses berpikir selalu menghasilkan pernyataan atau pengetahuan
yang terdiri dari unsur sebab dan unsur akibat. Unsur sebab adalah peristiwa
atau keadaan yang menyatakan mengapa sesuatu itu terjadi atau timbul. Unsur
akibat adalah peristiwa atau keadaan baru yang terjadi atau timbul dari
peristiwa atau keadaan yang sudah ada lebih dahulu.
Misalnya,
mengapa lalu lintas di Bandar Lampung tidak teratur? Jawabannya adalah: “sebab
kesadaran hukum pengemudi rendah”, yang menjadi sebab adalah kesadaran hukum
pengemudi rendah.
3. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan alat untuk melihat sejauh mana suatu proses terjadi pada gejala
sosial. Penelitian kualitatif pada
umumnya menilai fakta atau gejala sosial yang diteliti tidak menggunakan angka,
melainkan cukup menggunakan standar mutu atau kualitas yang dinyatakan dengan
kata kata, misalnya:
a.
rendah, sedang, tinggi;
b.
kurang, cukup, banyak;
c.
jelek, bagus, bagus sekali;
d.
sebagian kecil, sebagian besar, pada umumnya.
Karena
menggunakan penilaian relatif atau tidak pasti, maka ada yang mengatakan hasil
penelitian kualitatif itu tidak objektif. Untuk menghindari hal itu, maka diupayakan
tidak hanya menggunakan analisis kualitatif, tetapi juga analisis kuantitatif. Penelitian
kualitatif pada umumnya mempunyai ciri-ciri berikut ini:
a. Penyusunan proposal lebih mudah dengan
variabel sederhana.
b. Alat pengumpul data sudah disusun lebih
dahulu.
c. Bila menggunakan sampel dapat secara
purposive.
d. Fakta (data) diperoleh langsung dari sumber
pertama.
e. Analisis data dilakukan secara kualitatif.
C.
PENELITIAN SOSIAL
1. Penelitian Sosial Sebagai Kegiatan Ilmiah
Penelitian
sosial merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan
pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala
sosial tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga diadakan
pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta sosial tersebut untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.Berdasarkan pengertian
ini, dapat dinyatakan bahwa penelitian sosial dianggap sebagai penelitian
ilmiah apabila memenuhi kriteria berikut:
a. didasarkan pada metode, sistematika, dan
logika berpikir tertentu;
b. bertujuan untuk mempelajari gejala sosial
tertentu (data primer);
c. guna mencari solusi atas permasalahan yang
timbul dari gejala yang diteliti tersebut.
2.
Strategi (Pendekatan) Penelitian Sosial
Menurut
Robert K. Yin, dalam penelitian sosial ada beberapa strategi yang dapat
digunakan, yaitu survei, studi kasus, eksperimen, sejarah, analisis arsip. Pada
penelitian sosial, strategi penelitian (pendekatan masalah) yang umum digunakan
adalah pendekatan studi kasus dan survei. Dalam uraian berikutnya, strategi
penelitian sosial yang diutamakan untuk
dibahas dibatasi hanya pada pendekatan studi kasus dan pendekatan survei, dengan alasan studi kasus menggunakan
logika berpikir induktif, sedangkan survei menggunakan logika berpikir
deduktif.
2.1
Pendekatan Studi Kasus
Dalam
konteks studi kasus, ada tiga tipe studi kasus, yaitu studi kasus non-yudisial,
studi kasus yudisial, studi kasus langsung (live case study):
a.
Studi kasus non-yudisial (non-judicial case study), yaitu studi kasus tanpa konflik yang tidak
melibatkan pengadilan. Kalaupun ada konflik, diselesaikan oleh pihak-pihak
sendiri secara damai.
b.
Studi kasus yudisial (judicial case study),
yaitu studi kasus karena konflik yang kemudian diselesaikan melalui
putusan pengadilan.
c.
Studi kasus langsung (live case study),
yaitu studi kasus yang masih berlangsung dari awal kegiatan hingga berakhir.
Dipandang
dari segi karakteristik kasus yang menjadi objek penelitian, studi kasus dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Studi kasus tunggal(single-case study)
Tipe studi kasus tunggal digunakan apabila
kasus yang banyak itu mempunyai kriteria atau karakteristik yang sama, sehingga
cukup diambil satu kasus saja. Dengan mengkaji satu kasus, maka semua kasus
yang mempunyai kriteria atau karakteristik yang sama itu sudah terwakili. Studi kasus tunggal dapat menghemat
biaya, waktu, dan tenaga. Contoh studi
kasus tunggal antara lain adalah studi kasus perjanjian kredit mikro antara usaha kecil dengan bank karena
karakteristiknya sama.
b.
Studi kasus ganda (multi-case study)
Tipe studi kasus ganda digunakan apabila
ada beberapa kasus yang mempunyai kriteria berbeda, sehingga perlu diambil semua kasus atau
beberapa kasus yang mewakili semua kasus yang sejenis, secara purposive. Studi
kasus ganda lebih rumit dan makan biaya, waktu, dan tenaga lebih banyak. Contoh:
Studi kasus pembiayaan melalui kredit yang disalurkan oleh bank kepada pengusaha
dan studi kasus pembiayaan melalui modal ventura yang disalurkan oleh
perusahaan modal ventura kepada
pengusaha.
2.1.1 Tinjauan kritis (critical review)
peneliti
bertujuan untuk memperoleh gambaran
lengkap, rinci, jelas, dan sistematis tentang
beberapa aspek normatif yang diteliti guna mencari dan menemukan alasan
pembenaran atau penolakan suatu produk perilaku. Pada tipe ini, peneliti
melakukan analisis dari berbagai aspek
dan mengungkapkan segi negatif dan segi positif suatu produk perilaku.
2.1.2 Analisis kritis (critical analysis)
Tipe analisis kritis mengkaji dengan cermat
apakah suatu peristiwa sosial, atau produk perilaku berakar pada masyarakat, sehingga
didukung dan diterima oleh masyarakat karena dirasakan benar dan adil, atau
sebaliknya ditolak masyarakat karena tidak benar, tidak adil, merugikan
masyarakat. Tipe analisis kritis adalah tipe kajian yang paling berbobot dari segi akademik dan segi praktis,
teknik perundang-undangan karena kondisi
objektif dan nyata di lapangan dijadikan bahan kajian dan analisis. Tipe ini
bermanfaat bagi pengambil keputusan, perancang undang-undang, pendidikan dan
praktisi sosial, dan penyuluh masyarakat
di lapangan.
2.2
Pendekatan Survei
survei
adalah serapan dari kata bahasa Inggris
survey, artinya pengamatan atau
penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan baik
terhadap suatu masalah tertentu dan di
dalam suatu daerah tertentu. Tujuan survei adalah mendapatkan gambaran yang
benar tentang suatu gejala sosial atau peristiwa tertentu yang ada atau terjadi
di suatu lokasi dalam suatu daerah.
2.2.1 Probability random sampling
Penentuan
sampel dapat dilakukan secara probability
random sampling. Penentuan sampel secara probability random sampling didasarkan
pada seluruh populasi yang mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan
sampel. Penerapan probability randon sampling biasanya dilandasi pertimbangan
bahwa jumlah keseluruhan populasi sudah diketahui dan hasil penelitian dipakai
sebagai generalisasi terhadap keseluruhan populasi.
2.2.2 Purposive sampling
Pengambilan
sampel secara purposive sampling disesuaikan dengan tujuan penelitian. Ukuran
sampel tidak dipersoalkan. Sampel yang diambil hanya yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Dengan kata lain, sampel yang dihubungi adalah sampel yang sesuai
dengan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya,
suatu penelitian tentang tata tertib lalu lintas di kota Bandar Lampung.
D.
KLASIFIKASI PENELITIAN SOSIAL
1. Berdasarkan Sifat dan Tujuan Penelitian
Ada tiga tipe penelitian sosial, yaitu:
a. penelitian eksploratori (exploratory
study);
b. penelitian deskriptif (descriptive study);
c. penelitian eksplanatori (explanatory study).
1.1 Penelitian Eksploratori
Penelitian
eksploratori bersifat mendasar dan
bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi, data mengenai hal-hal yang
belum diketahui. Karena bersifat mendasar, penelitian ini disebut
penjelajahan (eksploration). Penelitian eksploratori
dilakukan apabila peneliti belum memperoleh data awal sehingga belum mempunyai
gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti. Penelitian eksploratori
tidak memerlukan hipotesis atau teori
tertentu.
1.2 Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif bersifat pemaparan
dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keberadaan
komunitas tertentu yang berdiam di tempat tertentu, atau mengenai gejala sosial
tertentu, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Pada
penelitian tipe ini, peneliti biasanya sudah memperoleh data awal atau
mempunyai pengetahuan awal tentang masalah yang akan diteliti.
1.3 Penelitian Eksplanatori
Penelitian
eksplanatori bersifat penjelasan dan bertujuan untuk menguji suatu teori atau
hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil
penelitian yang sudah ada. Contoh penelitian eksplanatori bidang hukum keluarga
adalah mengenai: “Pengaruh kesejahteraan rumah tangga terhadap kenakalan
remaja”.
E.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN SOSIAL
Walaupun
bidang ilmu sosial berbeda satu sama lainnya, tidak berarti penelitiannya akan
berbeda sama sekali antara satu sama
lain. Langkahlangkah yang akan ditempuh
selalu mempunyai kesamaan.
Langkah-langkah penelitian sosial paling tidak adalah sebagai
berikut.
1. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah dapat
dibuat dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat pernyataan, sekhusus mungkin tetapi
tetap mencerminkan adanya hubungan antara berbagai variabel. Rumusan masalah
yang jelas akan menghindari pengumpulan
data yang tidak perlu, sehingga dapat menghemat biaya, waktu,dan tenaga.
2.
Strategi Penelitian (Pendekatan Masalah)
Setiap bidang ilmu
mempunyai karakteristik penelitiannya masing-masing, termasuk juga ilmu-ilmu
sosial. Khusus mengenai strategi penelitian (pendekatan masalah) sangat
tergantung pada jenis penelitian. Pendekatan masalah adalah proses penyelesaian
atau mencari solusi yang efektif dan efisien terhadap masalah penelitian yang
telah dirumuskan sehingga mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam ilmu
sosial dikenal tiga jenis penelitian, yaitu penelitian normatif, penelitian
terapan, dan penelitian empiris.
2.1 Penelitian Normatif
Pada penelitian normatif, pendekatan
masalah yang dapat digunakan
umumnya adalah content analysis approach. Untuk menggunakan content
analysis approach,
peneliti lebih dahulu telah merumuskan masalah dan tujuan
penelitian. Masalah dan
tujuan penelitian perlu dirumuskan
secara rinci, jelas,
akurat. Makin rinci,
jelas, dan akurat rumusan masalah, makin jelas, luas, dan
pasti tujuan yang akan
dicapai.
Dalam konteks penelitian normatif, ada tiga tipe
pendekatan content
analysis, yaitu:
a. Pendekatan eksploratori (exploratory
approach)
Pendekatan tipe ini adalah tingkatan pertama dan sederhana yang
digunakan peneliti
dalam content analysis approach. Pada
tipe ini, peneliti ber-
tujuan untuk memperoleh
data awal melalui kegiatan penjelajahan (exploration)
terhadap objek
penelitian.
b. Pendekatan tinjauan/ulasan (review
approach)
Pendekatan tipe ini adalah tingkatan kedua
yang digunakan peneliti dalam
content analysis
approach. Pada tipe ini, peneliti
bertujuan untuk memperoleh
gambaran lengkap,
rinci, jelas, dan sistematis tentang beberapa aspek normatif
yang dibahas atau
diulas. Pada tipe ini, peneliti melakukan tinjauan dari berbagai
aspek filosofis,
sosiologis, yuridis, guna mengungkapkan ketidaksempurnaan,
kelemahan, kekurangan,
kecerobohan, kerugian, mudharat dari ketentuan acuan
normatif yang menjadi
objek penelitian.
c. Pendekatan analisis komprehensif
(comprehensive analysis)
Pendekatan tipe ini adalah tingkatan ketiga
dan tertinggi serta lebih
lengkap dan rinci
dalam content analysis approach dibandingkan dengan tipe
review approach.
2.2 Penelitian Terapan
Pada penelitian
terapan, pendekatan masalah yang dapat digunakan adalah applied approach. Untuk menggunakan applied approach, peneliti lebih dahulu telah merumuskan
masalah dan tujuan penelitian serta langkah-langkah yang akan ditempuh.
3.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian
sosial pada dasarnya merupakan uraian singkat tentang kerangka penelitian yang
akan dilakukan. Rancangan penelitian sangat penting bagi seorang peneliti, di
samping berisikan garis-garis besar pelaksanaan penelitian, juga dapat menjadi
sarana untuk memperoleh dana pembiayaan
dari pihak lain.
4.
Observasi dan Wawancara
Observasi adalah kegiatan yang dilakukan
di lokasi penelitian. Ada dua
jenis observasi, yaitu observasi
prapenelitian berupa peninjauan di lapangan, penjajagan awal mengenai segala
hal yang berhubungan dengan penyusunan rancangan penelitian dan kemungkinan
memperoleh data yang diperlukan. Selain itu, observasi merupakan kegiatan
pengumpulan data di lokasi penelitian dengan berpedoman pada alat pengumpul data yang sudah disiapkan lebih dahulu.
Alat pengumpul data di lapangan dibuat berdasarkan rancangan penelitian.
Penyusunan alat pengumpul data dilakukan dengan teliti karena menjadi pedoman
pengumpulan data yang diperlukan. Selain observasi, alat pengumpul data
biasanya berbentuk kuesioner, baik tertutup maupun terbuka, dan pedoman
wawancara.
5. Pengolahan dan Analisis Data
Apabila
data sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis
data. Langkah ini sangat penting dalam penelitian sosial. Apabila kurang
dipahami dan tidak dikerjakan dengan sungguh sungguh, maka hasil penelitian
kurang memuaskan. Terhadap data yang sudah terkumpul dan diolah, peneliti
segera menetapkan analisis apa yang sekiranya dapat dilakukan,
analisis kualitatif, atau kuantitatif, atau kedua
duanya. Pada tahap analisis data, secara nyata kemampuan metodologis peneliti diuji karena pada tahap ini ketelitian
dan pencurahan daya pikir diperlukan secara optimal.
6.
Penulisan Laporan Penelitian
Laporan
penelitian merupakan hasil penyajian data yang sudah diolah dandianalisis ke
dalam bentuk suatu karya tulis ilmiah. Penulisan laporan penelitian merupakan
kerja terberat bagi peneliti. Peneliti diuji kemampuannya menulis karya ilmiah
dengan menggunakan bahasa, kaidah penulisan ilmiah, sistematika isi, dan format
yang baik dan benar sesuai dengan
pedoman penulisan karya ilmiah. Penulisan laporan penelitian memerlukan
keahlian tersendiri. Melalui penulisan laporan penelitian akan diketahui
kemampuan ilmiah peneliti paling sedikit meliputi empat aspek kemampuan berikut
ini:
a. Kemampuan menerapkan teori yang relevan.
b. Kemampuan menerapkan metode penelitian yang
tepat.
c. Kemampuan membuat sistematika dan format
laporan.
d. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan
benar.
Sumber :
1.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktek.
2.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Bachtiar,
Harsja. 1981. Penggolongan Ilmu Pengetahuan. Depdikbud. Jakarta.
3.
Dirdjosisworo, Soedjono. 1998. Pengantar
Ilmu Hukum. Penerbit Rajawali.
Jakarta.